Jumat, 04 Okt 2024
  • Selamat datang di website SMK Negeri 1 Kemangkon
  • Selamat datang di website SMK Negeri 1 Kemangkon

BAGAIMANA DENGAN BULLYING?

BAGAIMANA DENGAN BULLYING?

Oleh: Rokhimah Kurniawati Rahayu

XII. TKJ 1

 

Apa itu bullying? Pernahkah mendengar dan mengalaminya? Pernahkah ada teman kalian yang memanggil kalian dengan nama Ayah atau Ibu?

Jika demikian berarti kalian telah mengalami pembulian. Mungkin kalian tidak menyadarinya karena hanya berpikir sebatas lelucon saja. Namun hal yang kalian anggap lelucon tersebut sudah termasuk dalam pembulian. Sebenarnya pembulian atau perundungan tidak melulu ditandai dengan kekerasan fisik seperti yang sering kita lihat dalam berita atau drama di televisi. Akan tetapi, banyak contoh hal yang dianggap sepele dan sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari yang termasuk dalam pembulian salah satunya adalah mengejek. Banyak anak-anak jaman sekarang yang dengan sengaja memanggil nama orang tua sebagai nama sapaan untuk memanggil seseorang. Mungkin beberapa orang menganggap itu hanya sekadar guyon belaka tetapi jika kita amati dan perhatikan hal sepele seperti ini dapat masuk dalam kategori pembulian perbuatan yang tidak menyenangkan. Hal seperti ini juga dapat diperkarakan dan masuk jalur hukum.

Menurut Unicef Indonesia termasuk negara dengan tingkat pembulian yang tertinggi di dunia. Hal ini tidak mengherankan mengingat banyaknya kasus pembulian yang terjadi akhir-akhir ini. Menurut data KPAI ditahun 2022 kasus pembulian dengan kekerasan fisik dan mental di lingkungan sekolah sebanyak 226 kasus, 18 diantaranya pembulian yang terjadi di dunia maya atau media sosial. Angka tersebut agaknya jauh lebih rendah dari total kasus yang terjadi sebenarnya karena banyak orang yang lebih memilih diam dan tidak melaporkan tindak pembulian yang terjadi kepadanya.

Hal yang paling mendominan pada kasus pembulian yang terjadi disekitar kita adalah karena faktor penampilan, ekonomi dan jabatan. Banyak anak-anak dengan jabatan dan ekonomi yang tinggi melakukan pembulian terhadap anak yang dianggap memiliki strata ekonomi yang rendah. Selain itu adanya penempilan fisik tidak jarang menjadi saasaran utama pembulian seperti fisik yang kurang sempurna, warna kulit, berat badan, dan masih banyak lagi yang lainnya. Banyaknya kasus pembulian semacam ini mengakibatkan tidak sedikit korban pembulian menjadi depresi dan menyimpan trauma. Mereka takut mendapatkan perlakuan yang lebih buruk, jika melaporkan kejadian yang dialaminya. Untuk menyikapi hal ini perlu adanya perhatian khusus dari berbagai pihak terutama pihak sekolah. Pihak sekolah harus dapat menciptakan lingkungan dan suasana sekolah yang aman dan nyaman bagi siswa, sehingga siswa tidak mengalami pembulian. Selain itu sekolah juga wajib menyediakan tempat aduan yang dapat membela anak-anak yang mengalami pembulian. Jangan sampai kasus seperti ini dibiarkan berlarut-larut apalagi menjadi budaya. Kekompakan dan kesadaran berbagai pihak merupakan kunci utama untuk menekan angka bullying yang terjadi.

 

Mar 14, 2023

Artikel ini memiliki

0 Komentar

Tinggalkan Komentar